Hari itu pasti
bukanlah hari yang diinginkan banyak orang termasuk aku dan teman yang lain. Hari
itu tepatnya 13 november beberapa tahun yang lalu merupakan hari yang
benar-benar tidak aku inginkan.
Hari itu merupakan hari terakhir
aku dan teman-teman bisa melihat dia teman kami tersayang.
Kesedihan itu
diawali di hari sebelumnya yaitu 12 november, saat itu kami masuk sekolah
seperti biasanya kecuali dia teman kami. Dia tidak hadir hari itu, terdengar
kabar bahwa dia sedang sakit. Kami pun sedikit khawatir. Sempat terdengar kabar
bahwa dia sedang koma di rumah sakit, awalnya kami tidak percaya karna baru
saja kemarin kami berjumpa dengannya dan dia baik-baik saja. Sekolah pun berakhir
seperti biasa sampai kami pulang kerumah masing-masing.
Malam pun tiba,
telefon rumah ku berdering. Oh ternyata temanku yang menelefon. Dengan suara
yang sedikit bergetar dia menyampaikan kabar bahwa dia teman kami yang tadi
tidak masuk sekolah benar-benar koma di rumah sakit. Abang teman kami itu sendirilah
yang memberikan kabar kalo dia teman terbaik kami koma dirumah sakit dan keluarganya
menginginkan agar kami datang ke rumah sakit untuk melihat keadaannya dan
mencoba memberi semangat dan doa. Dengan segera kami pun berkumpul di rumah
sakit untuk melihat keadaannya. Aku dan seorang temanku tiba lebih dahulu dari
yang lain. Kami langsung berjumpa dengan keluarganya dan langsung masuk ke
ruang ICU melihat keadaan teman terbaik kami itu.
Ku lihat dia
disana terbaring lemah tak sadarkan diri hanya dibantu oleh alat-alat medis. Di
sebelahnya ada kakak dan ibu nya yang sudah berlinangan air mata dengan terus
membacakan doa dan yasin serta mencoba terus berbicara di telinganya dan mengatakan
bahwa kami teman-temannya datang untuk memberikan semangat dan mengajaknya sekolah serta bermain seperti
biasa lagi. “Bangun dek, ayo adek bangun ini ada kawan-kawan adek. Orang ini
datang semua mau ngeliat adek, adek bangun yaa”. Kata-kata itulah yang terus
terlontar dari mulut kakaknya sambil terus membacakan doa. Aku dan temanku pun
gak sanggup menahan air mata dan kami juga menangis melihat kondisinya itu. Sungguh
berbeda dengan dia yang biasanya, yang selalu kuat dan ceria. Hari itu dia
tidak berdaya. Aku dan temanku sudah gak sanggup lagi melihatnya, kami pun
keluar dan bergantian dengan teman yang lain untuk melihat keadaannya. Kami bergantian
memasuki ruangan itu untuk melihat keadaannya. Dan semua yang keluar selalu berlinangan
air mata, gak sanggup melihat teman kami terbaring lemah seperti itu. Ya Allah
ntah mengapa dia tiba-tiba bisa seperti itu. Hari pun semakin larut, kami semua
pulang ke rumah masing-masing karna besoknya harus bersekolah kembali.
Keesokan hari
kami masuk sekolah seperti biasa hanya saja kali ini dengan muka yang tidak
biasa mengingat kejadian tadi malam. Seluruh sekolah sudah mengetahui kabar
tersebut termasuk wali kelasnya. Saat pelajaran berlangsung, tiba-tiba seorang
teman dari kelasnya berlari dan memasuki kelas kami dan langsung menjumpai wali
kelas mereka itu. Anak itu membisikkan kabar bahwa dia teman terbaik kami itu
sudah tiada. Spontan ibu guru itu langsung menangis dan berlari keluar kelas. Kami
yang mendengar kabar itu juga langsung menangis dan berlari keluar kelas untuk
menjumpai teman yang lain. Kami semua menangis terisak-isak dan saling
berpelukan mengenang teman baik kami itu.
Sekolah pun
dibubarkan lebih awal karna kejadian itu. Aku dan teman-temanku segera pulang
untuk memberi kabar ke keluarga kami dan bersiap-siap untuk pergi kerumah dia
teman terbaik kami itu. Tidak berapa lama aku tiba dirumah, salah seorang teman
memberikan kabar bahwa dia teman kami masih ada masih bisa diselamatkan. Dengan
harapan dia dapat sembuh, aku dan keluargaku pun langsung pergi kerumah sakit
untuk melihat kebenaran berita tersebut.
Setibanya di
rumah sakit, aku langsung berlari menjumpai temanku yang lain dan dengan segera
masuk ke ruang ICU untuk melihat keadaannya. Harapanku mengenai kesehatannya
semakin berkurang karena melihat ayah dan keluarganya yang menangis dan tak bisa
berkata-kata lagi. Aku terus menangis melihat kondisi teman terbaikku itu. Kulihat
disana ada sebuah alat yang memberitahu detak jantung pasien. Aku terus
memperhatikan alat itu dan angka yang menunjukkan detak jantung itu terus menurun
menandakan detak jantungnya semakin berkurang. Aku gak sanggup melihatnya, aku
keluar dari ruangan itu dan terus menangis.
Kulihat teman
yang lain bergantian masuk ke ruangan itu, dan tiba saatnya teman terakhir yang
keluar dari ruangan menangis terisak dan susah untuk bicara. Akhirnya dia
mengatakan pada saat dia didalam ruangan melihat keadaan teman terbaik kami
itu, dia melihat detak jantungnya yang terus menurun hingga akhirnya angka
menunjukkan angka 0. Tidak ada detak jantung lagi, dengan bantuan alat lainpun
detak jantung tetap tidak ada. Ya allah kami semua menangis mendengarnya. Dia telah
tiada, ya teman terbaik kami itu sudah pergi ke sisi-Nya. Kami semua yang
berada didepan ruangannya hanya menangis dan terdiam melihat jenazahnya dibawa
keluar ruangan itu.
Kami semua
langsung beramai-ramai pergi kerumah almarhum untuk menyambut jenazahnya yang
diantarkan oleh ambulan rumah sakit.
Hari itu seperti
hanya mimpi, kami masih gak nyangka kalo itu benar-benar terjadi. Dia telah
dipanggil pulang terlebih dahulu oleh Allah. Mungkin karna sifatnya yang sangat
baik itu, Allah tidak mau sampai dia berbuat hal yang salah jadi Allah
memanggilnya terlebih dahulu untuk berpulang ke sisi-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar